Senin, 27 April 2009

Buat Pemimpin yang Bersedia bertanggungJawab Kepada Allah SWT di AkhirAT

Pemimpin Belajarlah dari kisah Nabi Musa As
“Mengapa kamu tidak datang lebih cepat dari kaummu, hai Musa?” Musa menjawab, “itulah mereka sedang menyusuliku dan aku bersegera kepada-Mu, wahai tuhanku, agar Engkau ridha (kepadaku).” Allah Berfirman, “Maka Sesungguhnya Kami Telah menguji kaummua sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh samiri.” Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati…” (QS. Thaaha:83-85).
Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mau mengangkatku sebagai seorang amil?” Rasul Saw. Menjawab, “ hai Abu Dzar, engkau ini lemah, sedangkan kepemimpinan adalah amanah, dan semua ini kelak pada hari kiamat hanya akan mendatangkan kehinaan dan penyesalan, kecuali orang-orang yang melaksanakannya dengan benar. “ (HR. Muslim).
Allah SWT telah menjanjikan kepada Musa As. Sebagai pemimpin dan nabi bagi bani Israil bahwasanya ia bersama beberapa pemimpin Bani Israil bias menghadap Tuhan mereka dari atas gunung setelah 40 hari untuk menerima beban-beban risalah. Kemudian Musa pun naik ke puncak gunung dan meninggalkan kaumnya di bawah gunung.
Musa telah diharu-biru oleh kerinduan untuk berdialog dengan tuhannya dan berdiri di hadapan-Nya . sebelumnya, ia telah merasakan nikmatnya dialog ini, sehingga dengan penuh kerinduan dan ketergesa-gesaan ia menghadap Tuhannya. Pada saat itu ia tidak tahu dan tidak tahu apa yang terjadi pada Bani Israil yang ditinggalkanya di bawah gunung setelah kepergiannya.
Lalu Allah SWT berdialog dengan Musa As. Dan mengawalinya dengan pertanyaan interogatif seakan-akan memposisikan Musa sebagai tertuduh, karena dengan kepergian dan uzlahnya dari Bani Israil telah menyebabkan mereka terjerumus dalam kesesataan dan kesyirikan. Mereka telah terbujuk oleh rayuan sesat samiri seorang yang memiliki sedikit kelebihan dibandingkan mereka mau menyembah patung anak sapi yang konon bias mengeluarkan suara. Musa pun kembali kepada kaumnya dengan penuh kesedihan dan kemarahan.
Uzlahnya Pemimpin
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Musa sebagai pemimpin dan nabi bagi Bani Israil telah tergesa-gesa berkhalwat dengan Tuhannya dan menjauhkan diri dari kaumnya. Karenanya, Allah menegur Musa dengan keras, sebab uzlah Musa itu telah menyebabkan mereka terjerumus dalam kesesatan dan kesyirikan.
Begitulah bila seorang pemimpin menjauhkan diri dari rakyatnya, dan seorang da’I dari masyarakat yang menjadi objek dakwahnya. Dengan begitu berarti ia telah melepaskan diri dari kewajiban dan membiarkan mereka menjadi korban permainan para penyeru kebatilan dan penyimpangan yang dilakukan oleh setan-setan.
Kita bias bercermin kepada teladan terbaik kita Rasulullah Muhammad SAW, yang tidak pernah beruzlah sejak Allah memerintahkannya untuk berdakwah dan mengamanatkannya tanggung jawab untuk memimpin umat ini. Beliau selalu bersama para sahabat dan pengikutnya, tidak pernah meninggalkan dan membiarkan mereka menjadi santapan “Samiri-Samiri” baru tanpa pemimpin. (Tadziratud Du’ah, Al Bahi Al-Khuli: 210).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

profile